dejournalidonesia – Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.358 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot, Jumat (5/11) pagi. Posisi ini menguat 8 poin atau 0,05 persen dari Rp14.366 per dolar AS pada Kamis (4/11).
Rupiah menguat bersama peso Filipina menguat 0,1 persen dan yen Jepang 0,09 persen. Sementara mayoritas mata uang Asia lainnya masih melemah dari dolar AS.
Won Korea Selatan melemah 0,24 persen, ringgit Malaysia minus 0,14 persen, baht Thailand minus 0,08 persen, yuan China minus 0,06 persen, dolar Singapura minus 0,02 persen, dan dolar Hong Kong minus 0,01 persen.
Begitu juga dengan mata uang utama negara maju, cuma franc Swiss yang berada di zona hijau dengan menguat 0,03 persen. Sisanya berada di zona merah. Rubel Rusia melemah 0,32 persen, dolar Australia minus 0,14 persen, poundsterling Inggris minus 0,09 persen, dolar Kanada minus 0,08 persen, dan euro Eropa minus 0,03 persen.
Kendati menguat, namun Analis Pasar Uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah masih berpeluang kembali ke zona merah pada hari ini karena sentimen dari bank sentral AS, The Federal Reserve belum mereda. Sebelumnya, The Fed telah mengumumkan akan mengurangi suntikan likuiditas (tapering) ke pasar dari semua US$120 miliar per bulan mulai November 2021.
“Rupiah masih berpeluang tertekan hari ini. Kebijakan tapering masih menjadi pertimbangan pasar,” ungkap Ariston kepada CNNIndonesia.com.
Proyeksinya, rupiah bergerak di kisaran Rp14.380 sampai Rp14.400 per dolar AS pada hari ini. Selain itu, pelaku pasar juga menantikan data ekonomi lain dari AS.
Misalnya, data ketenagakerjaan versi pemerintah dan versi swasta yang akan dirilis dalam waktu dekat. Jika kedua data ini sesuai ekspektasi pasar, maka rupiah berpeluang tertekan pada pekan depan.
Sumber berita : CNNIndonesia telah terbit dengan judul Rupiah Berbalik Menguat ke Rp14.358 di Tengah Sentimen Tapering AS